OpiniPratama Media NewsTeknologi

Sedia Aplikasi Sebelum Beli-beli

Sepertinya bukan hal yang sulit bagi siapa pun untuk menguasai aplikasi dalam bertransaksi secara online

Sedia Aplikasi Sebelum Beli-beli Pada Juli 2022 ini Pertamina memulai ujicoba penggunaan sebuah aplikasi yang disebut MyPertamina. Aplikasi ini renancanya akan digunakan oleh konsumen untuk membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Tujuannya menjadi semacam penangkal agar penyaluran subsidi tidak salah alamat alias tepat sasaran.

Agaknya, aplikasi ini bisa menjadi alat bantu penerang dari yang semula agak buram dan penjelas dari yang awalnya tidak jelas, yaitu apakah pembeli BBM bersubsidi memang betul-betul orang yang layak memperolehnya. Alat yang ada sebelumnya mungkin kurang membantu.

Memang sering sekali terjadi, orang membuat penangkal, pembatas, atau sarana pengaman justru sebagai reaksi atau respon atas kekeliruan yang telah terjadi dan kerugian yang telah menimpa. Misalnya kebakaran yang terjadi di sebuah pabrik yang diduga disebabkan pemadam kebakaran tidak bekerja efektif. Kebakaran menimbulkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit. Sesudah kejadian, barulah pompa hydrant dipasang. Sebuah tindakan reaktif yang terlambat.

Aplikasi Mypertamina
Warga memperlihatkan aplikasi MyPertamina via smarphone – (Sumber: liputan6.com)

Contoh lain lagi, ada lubang menganga cukup lebar dan dalam di sebuah jalan umum. Lubang ini tidak mengundang masalah ketika siang hari dan cuaca cerah. Saat seperti itu lubang akan jelas terlihat dan pengendara dengan mudah bisa menghindari. Namun,  bayangkan jika kondisinya malam yang gelap dan hujan deras. Peluang untuk terjadi kecelakaan dan jatuh korban sangat besar. Walau begitu, perbaikan sering baru dilakukan setelah jatuh korban.

Lebih miris lagi kalau membayangkan sebuah rumah sakit yang tidak memiliki sumber tenaga listrik cadangan. Apa yang akan terjadi pada pasien kalau listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) padam, padahal banyak fasilitas pelayanan kesehatan rawat biasa maupun gawat darurat sangat mengandalkan tenaga listrik.

Pada umumnya sekarang orang sudah lebih memahami kalau membangun suatu fasilitas sekaligus juga menyiapkan penangkal untuk menghadapi risiko terjadinya hambatan dan gangguan yang mungkin terjadi. Bahkan, perkembagan zaman dan teknologi menuntut agar penangkal dan pengendalian risiko harus selangkah lebih maju di depan perkembangan “gangguan” yang juga semakin canggih.

Dulu, ketika hampir semua transaksi dilakukan secara tunai. Pegawai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pengelola sumberdaya alam menghadapi risiko besar karena secara periodik harus membayar upah kerja secara tunai kepada tenaga lapangan dalam jumlah cukup besar. Pegawai di daerah ini harus mengambil uang tunai dari bank yang jaraknya jauh di kota dan membawanya kembali ke pelosok daerah untuk dibayarkan.

Aplikasi online
Ilustrasi: penggunaan aplikasi online – (Sumber: suneducationgroup.com)

Demi alasan keamanan, biasanya pihak bank memanfaatkan jasa pengawalan dari kepolisian, tetapi kadang ada asa enggan dan sudah merasa cukup aman meski tanpa pengawalan. Kini pengawalan mungkin diperlukan, tetapi sudah tersedia teknologi yang memfasilitasi transaksi berbagai jenis bisnis dengan aman, yaitu transaksi online. Cara ini, selain aman, juga mudah dan praktis karena orang tidak harus membawa uang tunai kesana kemari, tetapi cukup menggunakan nama dan nomor rekening saja.

Saat ini hampir semua jenis pembayaran bisa dilakukan secara online, mulai dari membayar listrik PLN, air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan cicilan. Bahkan, membeli soto, bakso, atau mendoan, semuanya bisa dibayarkan secara online. Demikian pun upah, gaji bulanan, bonus, dan lainnya. Hebatnya, sejauh ini asalkan data akurat, sepertinya belum ada cerita pembayaran secara online yang salah alamat.

Malah menjadi terasa aneh dan layak dipertanyakan kalau masih ada pihak yang melakukan pembayaran dalam jumah besar secara tunai.  Dipertanyakan mengapa tidak menempuh cara yang lebih mudah dan lebih efisien. Apalagi prosesnya juga lebih cepat dan bisa mengurangi risiko menjadi korban kejahatan. Warung sayur skala kampung pun sudah memakai teknologi ini.

Zaman milenial sekarang ini memang luar biasa. Orang bisa menjadi heran kalau ketemu orang yang tidak tahu dan tidak memakai alat komunikasi sejenis media sosial. Misalnya Whatsapp (WA), telah menjadi standar keterampilan baru yang semua orang harus menguasainya. Orang bisa dianggap ketinggalan zaman kalau tidak bisa meguasai cara kerja WA. Bermodal penguasaan WA inilah, sepertinya bukan hal yang sulit bagi siapa pun untuk menguasai aplikasi dalam bertransaksi secara online.

Hanya saja untuk bertransaksi secara online harus punya smartphone dan tersambung ke jaringan internet. Memang diperlukan modal, tetapi bukankah sudah lama semua orang membelanjakan uangnya agar tersambung ke internet? Bahkan, hidup terasa tidak lengkap tanpa smartphone yang tersambung ke jaringan.

Sepertinya soal smartphone dan jaringan internet tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Bangsa ini terkenal panjang pikir dan banyak akal. Apa pun masalahnya selalu bisa diatasi. Apalagi kalau sudah kepepet atau terdesak.

Dulu pun orang ribut saat diwajibkan mengenakan helm, lalu wajib memakai sabuk pengaman. Bahkan, belakangan wajib memakai masker, wajib vaksin, dan akan menyusul kewajiban-kewajiban lainnya. Biasanya keriuhan mereda ketika orang paham dan memperoleh manfaatnya.

Perputaran zaman yang tidak pernah berhenti berkembang memaksa orang untuk juga tidak berhenti menyesuaikan diri. Mungkin saja diawali dari kebingungan, tetapi pada saatnya nanti semua orang akan terbiasa menggunakan uang digital.

Lihatlah para pengemudi Ojek Online (Ojol). Bagi mereka uang digital sudah bukanlah sesuatu yang aneh lagi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, nantinya semua lapisan “dipaksa” harus cerdas dan canggih menguasai aplikasi. Termasuk canggih dalam memagari dirinya dari risiko kejahatan dunia maya (cyber crime).

Selalu ada sisi gelap di balik sisi terang. Juga di tengah semangat maju, tidaklah elok kalau kegelapan menghentikan gerak. Aplikasi MyPertamina bukan yang pertama ada dan akan segera banyak yang menyusul. Sedia payung sebelum hujan. Kuasai aplikasi sebelum beli-beli. (Sarkoro Doso Budiatmoko).

***

Judul: Sedia Aplikasi Sebelum Beli-beli
Penulis: Sarkoro Doso Budiatmoko
Editor: JHK

Tentang Penulis:

Sarkoro Doso Budiatmoko, lahir di Purbalingga, Jawa Tengah dari pasangan almarhum Bapak Pranoto dan almarhumah Ibu Fari’ah. Pendidikan hingga SLTA dijalaninya di kota kelahirannya ini,  sedangkan pendidikan tinggi ditempuhnya di IPB (1984), Bogor dan pascasarjana di Iowa State University (1996),  Amerika Serikat.

Sarkosro Doso
Sarkoro Doso Budiatmoko (Sumber: Pratama Media News)

Pengalamannya menjalani berbagai penugasan di Perum Perhutani memperkaya wawasan dan pemikirannya yang sering dituangkan di media massa. Topik tulisannya tidak terbatas pada latar belakang pendidikan dan pekerjaannya saja, tetapi juga menyangkut bidang ekonomi, sosial, budaya, dan sumberdaya manusia. Aktifitasnya menulis tidak surut meski sudah purna-tugas beberapa tahun lalu.

Penikmat buku dan bacaan ini juga dipercaya mengasuh rubrik Kolom di Majalah “Bina Media Berita Kehutanan & Lingkungan” yang diterbitkan oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Tulisan Sarkoro Doso berjudul “Setelah PHL, Lalu?” pernah terbit di Majalah Duta Rimba Edisi 42 (Mar-April 2012) – Penerbit Perum Perhutani, Jakarta, Indonesia.

Kini rimbawan berpengalaman yang berasal dari Perum Perhutani Unit II Jawa Timur aktif menulis blog di Kompasiana. Beberapa tulisannya di platform asuhan Kompas online tersebut di antaranya artikel berjudl “Bijak Memilih: Orang, Pasangan, dan Pemimpin” yang terbit pada 20 Mei 2021 dan artikel berjudul “Hidup Akal Sehat” yang terbit pada 31 Mei 2021.

Penulis dikaruniai tiga orang anak. Saat ini dia menetap di Purwokerto dengan kesibukan menulis dan menjadi staf pengajar di Language Development Center (LDC), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).

Artikel Berkaitan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button