ArtikelKomunitasOpiniPratama Media NewsSeni dan BudayaWisata

Simfoni Alam di Pasar Wisata Legokawi Cimahi

Tarian tradisional dimainkan indah oleh anak-anak Cimahi dengan ceria. Panggung alam yang terbuat dari unsur bambu memberi kekuatan bahwa area ini memiliki tema yang sangat spesifik.

“Simfoni Alam di Pasar Wisata Legokawi” oleh Titing Kartika – Hari itu mentari pagi menyambut kedatangan kami. Rindangnya daun-daun bambu turut menari bersama angin sepoi pagi. Udara nan sejuk terhirup sebagai anugerah Tuhan yang tak dapat dielakkan. Sejauh mata memandang hutan bambu menjadi lingkaran alam yang sangat indah.

Tempat tersebut adalah Pasar Wisata Legokawi, sebuah destinasi yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Cimahi bersama masyarakat. Lokasinya berada di Jalan Martasik, Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat. Tak hanya alam, Legokawi menawarkan nilai-nilai kearifan lokal lainnya yang dikemas dalam bentuk pertunjukan seni, budaya, dan kuliner.

Penari topeng cilik
Ilustrasi: Sekelompok anak-anak sedang memainkan tarian topeng di area pertunjukan Pasar Wisata Legokawi Cimahi (Sumber: Pratama Media News)

Tarian tradisional dimainkan indah oleh anak-anak Cimahi dengan ceria. Panggung alam yang terbuat dari unsur bambu memberi kekuatan bahwa area ini memiliki tema yang sangat spesifik. Sementara itu beberapa dari perwakilan undangan seperti ahli bambu, media, akademisi, komunitas relawan pecinta pariwisata Indonesia atau disebut Generasi Pesona Indonesia (GENPI), dan masyarakat penggiat pariwisata, serta pemerintah turut hadir dalam program Collabtourism tersebut.

Penari cilik
Ilustrasi: Para penari cilik meliukkan tubuhnya dengan indah dalam gelar pertunjukan Collabtourism 2021 di Pasar Wisata Legokawi pada 19 Mei 2021 (Sumber: Pratama Media News)

Pentingnya Pengalaman Wisatawan

Selama acara berlangsung simfoni alam berdendang, bunyi tonggeret yang khas seolah mengembalikan memori lama akan suasana pedesaan. Suasana yang mungkin tidak dapat dimiliki di tempat lainnya. Menurut informasi masyarakat setempat, tak hanya tonggeret, bunyi turaes pun akan turut meramaikan alam, terutama di musim kemarau.

Memang tak mudah menggerakkan kegiatan pariwisata tanpa memberikan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Pariwisata bukanlah konsep instan yang dampaknya dapat dirasakan secara langsung. Namun, diperlukan tahapan yang harus dilalui, termasuk kesiapan sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang memerlukan sinergitas lintas sektor.

Pasar Wisata Legokawi Cimahi
Ilustrasi: Suasana alam Pasar Wisata Legokawi Cimahi yang indah dan asri (Sumber: Pratama Media News)
Pasar Wisata Legokawi Cimahi
Ilustrasi: Popohonan nan rindang menghiasi suasana di Pasar Wisata Legokawi Cimahi (Sumber: Pratama Media News)

Implementasi kolaborasi sangatlah penting, terutama dalam menanamkan pemahaman yang benar mengenai pariwisata dan dampaknya. Masyarakat memiliki harapan besar terhadap pariwisata walaupun dampaknya tidak dapat dirasakan secara langsung. Namun demikian, seiring dengan kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional, pembangunan pariwisata berbasis pedesaan telah menjadi program prioritas dengan tujuan utamanya adalah meningkatkan ekonomi masyarakat desa tanpa menghilangkan identitas lokal yang dimiliki.

Legokawi dengan potensi alamnya yang kuat akan menjadi sebuah alternatif destinasi wisata yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat Cimahi maupun yang ada di luarnya. Adanya perubahan paradigma wisatawan dari membeli produk (buying product) menjadi membeli/mendapatkan pengalaman (buying experience) diharapkan Legokawi dapat memenuhi kebutuhan ini. Seperti yang telah dikembangkan oleh para peneliti pengembangan destinasi dunia bahwa membangun pengalaman wisatawan yang positif adalah suatu kemutlakan.

Foto bersama di Legokawi
Ilustrasi: Foto bersama para pegiat wisata dalam acara Collabtourism 2021 di Pasar Wisata Legokawi pada 19 Mei 2021 (Sumber: Titing Kartika)

Pine dan Gilmore (1999) mengungkapkan bahwa pengalaman yang sukses adalah ketika wisatawan yang menemukan keunikan suatu destinasi, mudah mengingat nama dan pengalaman dalam suatu destinasi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dan menekankan bahwa pengalaman wisatawan dapat memberikan keinginan sensorik, emosional, kognitif, perilaku, dan nilai-nilai relasional yang menggantikan nilai-nilai fungsional dari suatu destinasi

Konsep tersebut dapat disederhanakan bahwa bagaimana caranya pengelola destinasi untuk memikirkan dari sudut pandang wisatawan. Apa yang akan didapatkan setelah wisatawan berkunjung dan nilai apa saja yang mereka miliki yang tidak didapatkan dari tempat lain? Untuk menjawab ini tentu harus didasarkan pada analisis potensi yang dimiliki agar sekaligus akan membangun identitas sebuah destinasi.

Prof. Dr. Enok Maryani, M.S. (Ketua STIEPAR YAPARI Bandung)
Ilustrasi: Prof. Dr. Enok Maryani, M.S. (Ketua STIEPAR YAPARI Bandung) memberikan sambutan dalam acara Collabtourism 2021 di Pasar Wisata Legokawi pada 19 Mei 2021 (Sumber: Pratama Media News)

Melalui pengalaman yang dimiliki maka akan menghasilkan memori atau kenangan dan kenangan inilah yang akan menjadi aspek kuat untuk bisa menjadi “oleh-oleh” yang sekaligus akan berdampak jangka panjang bagi keberlangsungan pengelolaan destinasi. Dengan memori yang kuat, wisatawan yang telah berkunjung paling tidak akan menceritakan pengalamannya kepada kerabat atau keluarganya. Bahkan, akan merekomendasikan baik secara langsung maupun tidak langsung di media sosial. Tentunya media sosial saat ini merupakan hal yang sangat efektif dan strategis dalam mempromosikan suatu destinasi.

Bunyi alam tonggeret, turaes, suasana lembah bambu yang unik dan tematik akan menjadi potensi yang kuat jika dikemas dengan pola “tourist involvement”. Dengan kata lain, wisatawan tak hanya sekadar menonton. Namun, merasa terlibat dan dilibatkan dalam rangkaian aktivitas yang ada.

Budi Raharja, Kadis Budparpora Kota Cimahi
Ilustrasi: Kadis Budparpora Kota Cimahi, Budi Raharja sedang memberikan kata sambuatan dalam acara Collabtourism 2021 di Pasar Wisata Legokawi pada 19 Mei 2021 (Sumber: Pratama Media News)

Sebagai contoh, bagaimana proses membuat makanan tradisional dari mulai bahan, proses, hingga penyajian atau bagaimana proses penanaman bambu dari mulai pembibitan, pembudidayaan, perawatan, hingga pengolahan dan memberikan nilai manfaat bagi masyarakat luas. Hal inilah yang akan menjadi musium alam terbuka mengenai edukasi bambu bagi para pengunjung.

Membangun pariwisata yang ideal tentulah tak mudah. Namun, harus didasari oleh komitmen dari semua pihak, masyarakat yang mau belajar, pemerintah dengan kebijakan yang mendukung, akademisi dan peneliti yang harus terjun ke lapangan langsung, pelaku usaha yang terbuka dan membuka peluang, serta media yang senantiasa hadir memginformasikan kepada publik tentang informasi terkini suatu destinasi.

Kota Cimahi yang indah berharap akan terus melantunkan simfoni dengan alam. Juga dengan semua pihak sehingga tujuan untuk mensejahterakan masyarakat luas dapat tercapai. (Titing Kartika)

***

Editor: JHK

“Simfoni Alam di Pasar Wisata Legokawi”
Penulis: Titing Kartika, S.Pd., M.M., M.B.A.Tourism

Profil penulis:

Titing Kartika, S.Pd., M.M., M.B.A.Tourism
Titing Kartika, S.Pd., M.M., M.B.A.Tourism (Sumber: Pratama Media News)

Penulis adalah Dosen STIEPAR YAPARI dan Ketua Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Jurnal (LPPMJ). Saat ini sedang menyelesaikan studi program Doktor Manajemen Konsentrasi Pemasaran kajian pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penulis aktif menulis di media massa, baik lokal maupun nasional bertemakan pendidikan, pariwisata, sosial, dan budaya.

Selain sibuk mengajar, praktisi pendidikan alumni Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini aktif dalam kegiatan diberbagai komunitas menulis dan konsultan pariwisata. Ia pernah mendapatkan Program Beasiswa Unggulan (PBU) Double Master Degree di Universitas Sahid Jakarta untuk program Magister Manajemen Pariwisata dan di Universiti Utara Malaysia (UUM) program Master of Business Administration (MBA) in Tourism and Hospitality Management (2007-2009).

Artikel Berkaitan

16 Comments

  1. Semoga legokawi bisa menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat khususnya di wilayah Cimahi lainnya, umumnya di seluruh Indonesia, bahwa pariwisata bisa dibentuk dan dilakukan dengan menggabungkan kearifan lokal serta kemajuan teknologi.

  2. Selalu pngen wisata ke daerah bandung,aplagi ada referensi baru,smga sukses selalu tmpt wisata daerah cimahi,khususnya legokawi

  3. Kayaknya seru nih utk wisata edukasi bersama anak-anak…HTMnya berapa yak? pengen sekali-kali ngajak anak2x panti jalan-jalan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button